82 Hektar Sawah Kekeringan Akibat Bendungan Ambruk

Iren Leleng
Lahan persawahan milik petani Desa Nanga Labang, Borong, mengalami kekeringan, Foto: iNewsFlores.id/Iren Leleng

Borong, iNewsFlores.id - Sekitar 82 hektar sawah milik masyarakat Desa Nanga Labang, Borong, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami kekeringan. Akibatnya, banyak petani di wilayah itu terancam gagal panen.

Petani di Desa itu, seperti Kristoforus Palembang, Andry Saje, Adoltu Baharu, dan Baltasar, mengeluhkan bahwa mereka harus mengalami penurunan hasil panen yang signifikan. 

Kekeringan telah merampas sumber daya yang sangat diperlukan untuk pertanian yang subur. Meskipun mereka telah berupaya menggunakan sisa air dari saluran irigasi wae dingin dan sumur bor, hal ini masih belum mampu memenuhi kebutuhan sawah mereka.

Kepada iNewsFlores.id, Selasa (29/08/2023), Kristoforus, mengungkapkan kekeringan terjadi karena bendungan kali Wae Reca ambruk sejak tahun 2022.

Kristo mengaku telah melaporkan permasalahan yang menimpah masyarakat kepada pemerintah. Namun, hingga saat ini belum juga memperbaikinya.

"Saat ini, kami hanya mengandalkan air sisa dari saluran irigasi wae dingin. Namun, bahkan tidak semua sawah di wilayah wae reca."

Kata Kristo, lahan persawahan berukuran seperempat hektar miliknya, telah mengalami kekeringan selama tiga Minggu terakhir akibat kurangnya curah hujan. Produksi padi yang sebelumnya mencapai 30 karung atau setara dengan 3 ton, kini turun drastis menjadi hanya 12 karung.

Di tengah kondisi sulit ini, Kristoforus terpaksa beralih profesi. "Saat ini, saya pasrah dengan situasi ini. Saya beralih menjadi nelayan untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Selain itu, saya juga bekerja sebagai buruh bangunan. Ini adalah nasib yang sulit bagi saya seorang petani," ujarnya.

Sementara Andry Saje, seorang petani dengan ukuran sawah 1/4 hektar, merasakan dampak yang sama. Produksi padi yang sebelumnya mencapai 34 karung, kini berkurang drastis menjadi 16 karung akibat kekeringan yang terjadi akibat jebolnya bendungan. Andry mengungkapkan rasa kecewa dan prihatinnya terhadap lambannya tindakan pemerintah dalam menangani laporan mengenai masalah bendungan Wae Reca.

Kata Andry, untuk mengatasi kekeringan, para petani harus mengisi air dari sumur menggunakan alat penyedot. Bahkan, harus membayar kepada operator yang bertanggung jawab atas sumur bor yang disediakan pemerintah. 

Selain itu, jelas Andri, bendungan itu ambruk terjadi selama dua tahun terakhir. 
"Kondisi ini merupakan peristiwa kedua setelah bendungan sebelumnya jebol pada tahun 2021, yang kala itu berhasil diperbaiki."

Dijelaskannya, proyek bendungan Wae Reca telah menghabiskan anggaran lebih dari 20 miliar rupiah yang bersumber APBN, dengan tujuan untuk memperbaiki irigasi dan mendukung pertanian di daerah tersebut. Namun, jebolnya bendungan dan kegagalan dalam mengatasi masalah ini telah mengakibatkan petani di Desa Nanga Labang mengalami kerugian besar.

Kepala Desa Nanga Labang, Simplisius Abi Wagut, telah mengungkapkan ketidakpuasan atas kurangnya respons terhadap laporan yang telah ia sampaikan kepada Dinas PUPR Kabupaten Manggarai Timur. Wagut mengungkapkan bahwa ia telah melaporkan insiden jebolnya bendungan Wae Reca sebanyak tiga kali kepada Dinas PUPR, namun hingga saat ini belum ada tindakan yang diambil.

Dalam pengakuan Wagut, Kepala Dinas PUPR saat itu, Yohanes Marto, pernah memberikan janji untuk turun tangan melalui bidang rigasi. Namun, janji tersebut belum juga terealisasi. Wagut menyatakan bahwa ia telah mengulang laporan ini pada awal tahun kepada Kadis PUPR Manggarai Timur.

Selain itu, Wagut juga telah melaporkan insiden jebol susulan bendungan Wae Reca ke Balai Sungai, namun tanggapan yang diterima hanya menyarankan untuk menunggu hingga cuaca kering pasca hujan, dan akan berkoordinasi dengan Dinas PUPR Manggarai Timur untuk diperbaiki.

Menyikapi hal itu, Kepala Dinas PUPR Kabupaten Manggarai Timur melalui Sekretaris, Ferdinandus Mbembok, berjanji akan membuat surat sebagai respons terhadap laporan dari masyarakat terdampak dan Pemerintah Desa Nanga Labang mengenai jebolnya bendungan Wae Reca. Ia juga menyatakan bahwa pihaknya akan berkoordinasi dengan Balai Sungai untuk mengatasi masalah ini.

Sementara, Jerry Buling, perwakilan dari Balai Sungai, menegaskan bahwa tindakan perbaikan akan diambil, meskipun ia menyarankan agar komunikasi lebih lanjut dilakukan dengan pihak pembangunan irigasi yang berkompeten. Buling juga mengimbau kepada Kepala Desa setempat untuk membuat surat resmi kepada kepala balai guna mempercepat tindakan penanganan.

Editor : Yoseph Mario Antognoni

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network