Borong, iNewsFlores.id - Atraksi budaya Flores Manggarai meriahkan perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-77 di Kecamatan Lamba Leda Timur, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Atraksi itu antara lain tarian Rumpu Rampe asal Manggarai, tarian lagu indang-indang yang diperagakan oleh para siswa SDI Dangka Para.
Terpantau, peringatan HUT RI di Lamba Leda Timur juga dimeriahkan dengan pementasan tarian Rangkuk Alu yang dibawakan oleh siswa SDK Lawir. Selain itu, tampak, mereka tampil dengan mengenakan busana adat daratan Flores.
Upacara peringatan detik-detik Proklamasi dipimpin oleh Camat Lamba Leda Timur, Aloysius Roma Daur.
Kepada iNews, Aloysius Roma Daur mengatakan HUT ke-77 RI kali ini mengusung tema ‘Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat’. Dimana, pandemi Covid-19 yang sempat memberikan pengaruh terhadap sejumlah aspek di Indonesia maupun dunia.
"Sesuai tema HUT RI Ke 77, tentunya tema ini disesuaikan kondisi bangsa, yang dilanda oleh pandemi Covid-19. Namun saya kondisi ini tidak perlu patah semangat. Saya selaku camat mengajak masyarakat untuk segera pulih dan bangkit. Jangan terlena dengan kondisi bangsa yang ada," ujarnya.
Selain itu, saat memimpin Upacara Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Camat Aloysius mengenakan pakaian adat Manggarai. Menurutnya hal dilakukan sebagai bentuk pelestarian kebudayaan masyarakat daerah itu.
Lebih lanjut, ia mengatakan menggunakan pakaian daerah dalam agenda resmi pemerintahan adalah wujud kecintaan terhadap keragaman yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Pakaian yang saya kenakan kali ini dari adat Manggarai, salah satu etnis yang ada di Manggarai,” terangnya.
Kepala Sekolah Dasar Inpres (SDI) Dangka Para Bruno Rajapati, kepada tim iNews mengatakan, siswa-siswi nya telah tampilkan beberapa atraksi budaya Manggarai.
Hal ini dilakukan, untuk menindaklanjuti program kurikulum merdeka belajar. Kurikulum diterapkan di SDI Dangka Para melalui berbagai proyek untuk penguatan profil Pelajar Pancasila. Misalnya dengan mengadakan pentas seni muatan lokal, bereksplorasi, berdiskusi dalam membuat produk kearifan lokal, dan sebagainya.
“Dari situ kita berharap bisa menjadi titik tolak agar siswa senantiasa mengembangkan bakatnya dan memunculkan potensi yang ada di diri mereka,” ujar Bruno.
Kurikulum Merdeka diharapkan dapat memberi ruang seluas-luasnya bagi siswa dalam berkreasi dan mengembangkan diri.
Selain itu, kata Bruno, mengangkat budaya flobamora dilakukan supaya tidak ditinggalkan oleh generasi muda.
"Makanya, kostum atau pakaian adat yang digunakan oleh penari bervariasi, diantaranya, pakaian bermotif dari Manggarai, Ende, Bajawa, Sikka, Larantuka," jelas Bruno.
Editor : Yoseph Mario Antognoni