get app
inews
Aa Read Next : Heboh Mayat Dalam Septitank di NTT, Ini Identitasnya

Perdhaki Optimis Target NTT bebas Malaria pada 2028 dapat Tercapai

Senin, 18 Desember 2023 | 17:10 WIB
header img
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI Maxi Rein Rondonuwu saat meninjau salah satu stan NTT di acara Jambore Nasional Malaria di Hotel Discovery, Ancol, Minggu (17/12/2023). Foto iNews.id

JAKARTA, iNewsFlores.id - Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia (Perdhaki) menyelenggarakan Jambore Nasional Malaria pada tanggal 17-18 Desember 2023 di Hotel Discovery Ancol, Jakarta. Kegiatan ini diikuti oleh ratusan peserta dari Nusa Tenggara Timur, Papua, Papua Barat, dan Papua Barat Daya.

Jambore Nasional Malaria 2023 mengusung tema "Menjangkau yang Tak Terjangkau". Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan fungsi kader malaria, serta terciptanya koordinasi, sinergitas, dan komitmen para kader di desa dan tingkat kabupaten untuk bersama-sama melaksanakan program bebas malaria.

Project Manager Program Malaria Perdhaki SR Kupang Otji File menyampaikan bahwa Jambore Nasional Malaria 2023 diharapkan dapat menjadi motivasi untuk mewujudkan NTT bebas malaria pada tahun 2028.

Otji File mengatakan, bahwa Pulau Sumba masih menjadi salah satu daerah di NTT yang endemis malaria. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang lebih intensif untuk menurunkan angka kasus malaria di Sumba.

"Dengan Jambore Nasional Malaria 2023 saya optimis target bebas malaria di NTT pada tahun 2028 dapat tercapai," ujar Otji File.

Menurut Otji, kader malaria yang telah mendapatkan pelatihan sesuai dengan Permenkes No.41 Tahun 2018 memiliki kewenangan untuk mengambil darah, memberikan obat, dan mengawasi pasien sampai sembuh. Selain itu, mereka juga bertugas untuk mengedukasi masyarakat tentang malaria melalui promosi kesehatan dan diskusi kampung.


"Nah lewat strategi program dengan diskusi kampung ini masyarakat akan melihat apa permasalahan yang ada di desa mereka dan yang dilibatkan adalah pimpinan dari desa itu mereka yang punya wewenang dan power. Dengan begitu bisa mengetahui permasalahan terkait penanganan malaria sehingga mereka bisa berpikir apa yang akan dilakukan agar desa mereka bebas malaria," papar Otji.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI Maxi Rein Rondonuwu juga menyampaikan hal senada. Ia mengatakan bahwa Indonesia memiliki target untuk bebas malaria pada tahun 2030. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang lebih intensif untuk menurunkan angka kasus malaria di Indonesia.

"Kegiatan jambore ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya untuk mencapai target bebas malaria pada tahun 2030," ujar Rondonuwu.

Sementara itu, Kepala Perdhaki, Drs. Dr. Antonius Roy Tjiong M. Hum, mengatakan bahwa Jambore Nasional Malaria diselenggarakan sebagai bentuk apresiasi terhadap apa yang telah dilakukan oleh para kader malaria selama ini.

Antonius Roy juga menegaskan bahwa Perdhaki akan melakukan kajian-kajian untuk meningkatkan program Perdhaki ke depan bersama Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan.

Sedangkan Project Manager PR Malaria Perdhaki, dr Yohanes Ari Hermawan mengatakan, program Malaria Perdhaki telah dimulai sejak 2010 dengan wilayah kerja Kalimantan dan Sulawesi. Namun, ternyata daerah dengan endemis tinggi ada di Indonesia Timur, sehingga mulai 2015 fokus di wilayah Indonesia Timur.

Selama periode 2015 hingga kini, Perdhaki dipercaya untuk mengelola kegiatan yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat. Implementasinya lewat pembinaan kader malaria.

Editor : Suriya Mohamad Said

Follow Berita iNews Flores di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut