Menteri Wihaji Sebut Ada 331.000 Keluarga Risiko Stunting di NTT

JAKARTA, iNewsFlores.id – Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) Republik Indonesia, Dr. H. Wihaji, S.Ag., M.Pd., menerima kunjungan kerja Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) beserta jajaran di Kantor Kemendukbangga/BKKBN, Jakarta Timur. Pertemuan ini bertujuan untuk membahas sinergi program kependudukan dan pembangunan keluarga antara Kemendukbangga/BKKBN dengan Pemerintah Provinsi NTT.
Bonus Demografi dan Tantangan KetenagakerjaanMenteri Wihaji menyoroti pentingnya bonus demografi di Indonesia, yang saat ini mencapai 70,72%. Artinya, dari setiap 10 orang Indonesia, sekitar 6 hingga 7 orang berada dalam usia produktif, yakni antara 14 hingga 65 tahun.
“Ini merupakan tantangan besar. Bonus demografi seharusnya menjadi peluang, tetapi pertanyaannya adalah apakah individu produktif ini bisa mendapatkan pekerjaan atau tidak. Tantangan di NTT pun serupa, di mana dari 70% penduduk produktif, hanya sekitar 30% yang telah mendapatkan pekerjaan, sementara 40% lainnya masih mencari peluang kerja,” ujar Menteri Wihaji.
Menurut dia, data terbaru menunjukkan bahwa NTT memiliki 769 ribu keluarga, dengan 331 ribu di antaranya tergolong sebagai Keluarga Risiko Stunting (KRS), yang sangat membutuhkan intervensi pemerintah. Dari jumlah tersebut, sekitar 81.984 keluarga termasuk dalam kategori KRS desil 1, yang sebelumnya dikenal sebagai keluarga prasejahtera atau miskin ekstrem.
Editor : Suriya Mohamad Said