Labuan Bajo dan Pesan Wahyu: Antara Perempuan Berselubungkan Matahari dan Naga Merah

LABUAN BAJO, iNewsFlores.id – Sebuah refleksi rohani di Labuan Bajo menghadirkan pesan mendalam bagi umat beriman sekaligus masyarakat Nusa Tenggara Timur. Dalam khotbah yang menggugah, disampaikan gambaran Kitab Wahyu tentang perempuan berselubungkan matahari yang melambangkan Gereja, Maria, dan juga bumi tempat kita berpijak.
“Gereja berjalan dalam sejarah dengan duka dan harapan. Seperti kita di Labuan Bajo, kadang tertekan oleh kepentingan besar, tetapi selalu dipelihara Tuhan,” demikian pesan yang disampaikan.
Maria dipandang sebagai pribadi yang mewujudkan puncak panggilan, rahimnya melahirkan Putra yang akan menggembalakan segala bangsa. Ia adalah Tabut Perjanjian yang baru—bukan sekadar loh batu, melainkan Sabda yang menjadi daging hangat.
Namun, peringatan keras juga dilontarkan: dunia kini berhadapan dengan “naga merah besar”—simbol kekuatan yang merusak karya Allah. Dalam konteks zaman sekarang, naga itu berwajah keserakahan: perdagangan manusia yang mencengkeram anak-anak, eksploitasi alam yang merusak terumbu karang, budaya yang dikomodifikasi tanpa martabat, hingga pariwisata yang hanya menguntungkan segelintir orang sementara rakyat kecil kian terpinggirkan.
“Labuan Bajo diberi anugerah panorama dan budaya luar biasa. Menghormati Maria sebagai tabut baru berarti menjaga anugerah ini—laut biru, bukit hijau, karang hidup, dan manusia bermartabat,” lanjutnya.
Pesan tersebut menegaskan: keselamatan dan kuasa Allah tak bisa digagalkan oleh naga manapun. Pertanyaannya, masyarakat dan pemimpin di Labuan Bajo harus memilih: berdiri di pihak perempuan berselubungkan matahari, atau di pihak naga yang ingin menelan semua yang indah.
Editor : Yoseph Mario Antognoni