get app
inews
Aa Text
Read Next : Tragis di Nagekeo! Jenazah Korban Banjir Bandang Digotong Warga karena Jembatan Putus

Banjir Rendam Huntara, Penyintas Ancam Dirikan Tenda di Halaman Kantor Bupati

Kamis, 11 Desember 2025 | 19:08 WIB
header img
Sejumlah warga berupaya melakukan pembersihan material longsor di Huntara 3 Konga/Foto: iNewsFlores.id/dok warga

Flotim, iNewsFlores.id-Hunian sementara (huntara) bagi penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Konga, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur (Flotim), Nusa Tenggara Timur (NTT) terendam banjir sejak Selasa, 9 Desember 2025. 

Banjir terjadi setelah hujan deras mengguyur kawasan tersebut selama beberapa jam, menyebabkan aliran air permukaan meluap ke area pemukiman sementara.

Genangan air masuk ke seluruh unit kopel huntara dan membuat penghuni panik. Sejumlah warga berupaya melakukan pembersihan material longsor secara mandiri, namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil karena intensitas air terus meningkat hingga merendam bangunan.

Pelaksana Tugas Camat Wulanggitang, Karolus Kelemur, menjelaskan bahwa hampir seluruh hunian terdampak banjir, dengan kerusakan paling berat terjadi pada Huntara 3. 

Ia mengatakan lokasi hunian yang dibangun secara bertingkat mengikuti trap kontur lahan menyebabkan area paling bawah menjadi titik terparah saat hujan lebat.
"Hampir seluruh huntara terkena banjir, paling parah di huntara tiga," ujar Karolus.

"Bangunan huntara ini bertingkat mengikuti trap, jadi kalau hujan besar dan aliran permukaan besar, maka yang berada di trap bawah yang paling terdampak," lanjutnya.

Huntara tersebut ditempati penyintas dari tiga desa terdampak erupsi yakni Nawokote, Hokeng Jaya, dan Nobo. Karolus menyebutkan bahwa warga asal Hokeng Jaya dan Nobo mengalami dampak banjir paling parah. 

Pemerintah kecamatan, kata dia, telah berkoordinasi dengan para kepala desa untuk segera membangun talud penahan banjir sebagai upaya mitigasi.

Meski demikian, kondisi ini memicu kekecewaan sekaligus protes dari warga. Mereka menilai kualitas dan keberlanjutan hunian sementara belum sepenuhnya menjawab kebutuhan situasi darurat yang mereka hadapi. 

Beberapa penyintas menyampaikan keluhan secara terbuka, bahkan mempertimbangkan aksi untuk meminta perhatian pemerintah daerah.

Seorang penyintas, Nisu Boruk, menyampaikan kegelisahannya atas kondisi ini.

"Dengan kondisi huntara seperti ini, apakah kami penyintas harus diam dan pasrah? Apa perlu kami semua membawa terpal dan membuat kemah di halaman kantor bupati?" ujarnya.

Banjir yang merendam hunian sementara ini menambah daftar masalah yang dihadapi penyintas pasca-erupsi Lewotobi Laki-Laki. Warga kini menunggu tindak lanjut pemerintah daerah mengenai pembangunan talud atau penataan ulang sistem drainase agar kejadian serupa tidak terulang.

Warga berharap fasilitas hunian sementara benar-benar mampu memberikan perlindungan, bukan sekadar menunda masalah.

Editor : Yoseph Mario Antognoni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut