Flori Santosa Nggagur: Kemiskinan dan Pengangguran Jadi Masalah Serius di Manggarai, NTT

Ronald Tarsan
Bakal Calon Bupati Manggarai, Flory Santosa Nggagur saat mendaftar di Sekretariat PAN Manggarai. Foto: iNewsFlores.id/Ronald

Ruteng, iNewsFlores.id - Kemiskinan dan pengangguran masih menjadi masalah serius di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT).  Flori Santosa Nggagur, bakal calon bupati Manggarai menjelaskan hal itu saat mendaftar di Sekretariat Partai Amanat Nasional (PAN) Manggarai yang beralamat di La’o-Ruteng, Senin, 30 April 2024.

Menurut Flory, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Kabupaten Manggarai pada 2023 sebanyak 70 ribu jiwa. Angka ini meningkat dari tahun 2022 yakni 69,68 ribu jiwa. Dua tahun lalu, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Manggarai bahkan mencapai 71,03 ribu jiwa. “Itu tugas buat kita, mengentaskan kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja,” ujarnya.

Flory mengakui bahwa dirinya telah mengunjungi sebanyak 154 titik di Manggarai selama enam bulan terakhir. Di sana, dirinya melihat banyak potensi besar yang membuat penduduk daerah itu bisa keluar dari garis kemiskinan. “Ada potensi sumber daya alamnya, pertanian, dan peternakan,” jelas dia.

Mengenai masalah pengangguran kata Founder Yayasan Puspita Bangun Bangsa itu, dari 70.000 penduduk miskin, sebanyak 34.000 orang pengangguran. Hal ini yang membuat angka kemiskinan di Manggarai masih tinggi, ungkap dia lagi. Ia juga berpendapat, potensi pengangguran ini akan terus berkembang, terutama pengangguran terdidik.

“Misalkan, Unika Ruteng menghasilkan 750 sarjana setiap tahun. Belum (lagi) yang lulus dari Surabaya, Malang, Kupang, dan lain sebagainya.

Karena itu, lanjut dia, pemerintah harus menciptakan lapangan kerja secukupnya bagi masyarakat Manggarai, khususnya anak-anak muda.

Selain itu, ia juga menyinggung masalah upah pekerja yang rendah. Sejauh ini kata Flory, upah di Manggarai masih sangat memprihatinkan. Bahkan salah satu perusahaan swasta di Manggarai, gaji karyawan hanya berkisar Rp600.000 hingga Rp800.000. “Mereka (juga) bawa bekal sendiri dari rumah. Pekerja tersebut bekerja secara terpaksa, hanya supaya tidak tinggal kosong di rumah meskipun penghasilan yang tidak cukup," beber Flory.

Untuk mengatasi hal tersebut, ia mengajak masyarakat agar berkerja sama menciptakan lapangan pekerjaan baru, terutama menciptakan upah yang layak bagi masyarakat Manggarai. “Mungkin tidak sampai upah minimum provinsi Rp2.250.000, mungkin secara bertahap. Itu yang membuat perekonomian kita semakin lebih baik termasuk daya beli yang semakin baik,” urainya.

Lebih lanjut ia jelaskan bahwa, banyak potensi, seperti pertanian, peternakan dengan kunci utamanya adalah ekstensifikasi. Hal ini bisa meningkatkan hasil pertanian dengan cara memperluas lahan pertanian baru. Dengan begitu dirinya punya tagline “bedah desa, bedah potensi, bedah program”. “Kalau saya ke Reok Barat saya bicara kemiri, juga di Cibal.  Saya ke Iteng saya bicara sawah di sana,” jelas dia.

Alumnus Universitas Gajah Mada itu menyebut, membangun Manggarai tidak bisa hanya mengandalkan APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) saja. Sebab APBD hanya berkisar 1,1 triliun lebih. Sementara belanja modal berkisar di angka Rp250 miliar lebih. “Jangan harap ada lompatan pembangunan ekonomi kalau masih mengandalkan itu. Paling tidak di otak saya ada jalan bagaimana supaya membangun perekonomian kita ini tanpa 100 persen mengandalkan APBD,” urai dia.

Editor : Yoseph Mario Antognoni

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network