Konflik IUP Tak Kunjung Usai, Pulau Wayag Masih Ditutup, Wisata Raja Ampat Terpuruk

Stevani Gloria
Masyarakat adat melakukan aksi penolakan pencabutan izin tambang yang dilakukan pemerintah. Foto: iNewsFlores.id/Gloria

Raja Ampat, iNewsFlores.id — Krisis pariwisata tengah melanda Raja Ampat. Pulau Wayag, ikon wisata dunia yang menjadi primadona Papua Barat Daya, hingga kini masih tertutup total bagi wisatawan. Aksi blokade yang dilakukan masyarakat adat Suku Kawei sejak 10 Juni 2025, terus berlanjut tanpa kepastian penyelesaian.

Dalam pantauan terkini, masyarakat adat dari empat marga pemilik hak ulayat Pulau Wayag—Ayelo, Daat, Ayei, dan Arempele—masih mempertahankan pemalangan. Mereka memasang palang kayu dan papan larangan sebagai bentuk protes keras terhadap pencabutan Izin Usaha Pertambangan (IUP) di wilayah adat mereka.

“Kami bukan sekadar menuntut, tapi memperjuangkan hak hidup kami. Kalau IUP dicabut, kami akan kehilangan mata pencaharian,” tegas seorang tokoh adat Kawei di lokasi blokade.

Masyarakat Adat Suku Kawei juga secara tegas membantah pernyataan Bupati Raja Ampat, Orideko Burdam, yang menyebutkan akses wisata ke Pulau Wayag telah dibuka.

“Itu tidak benar, silakan datang dan lihat sendiri. Kami masih memblokade Pulau Wayag. Sampai ada keputusan resmi dari pemerintah soal pembatalan pencabutan IUP, blokade ini tetap berjalan,” ungkap seorang tokoh pemuda Suku Kawei, Minggu (6/7/2025).

Mereka bahkan mengancam akan memperluas blokade ke seluruh kawasan wisata dalam wilayah hak ulayat Suku Kawei jika pemerintah tetap mencabut IUP.

“Ini tanah kami. Jika IUP dicabut, semua wilayah wisata di tanah ulayat kami akan kami tutup,” tegasnya.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada upaya mediasi langsung dari Pemerintah Kabupaten Raja Ampat maupun Gubernur Papua Barat Daya. Masyarakat adat Suku Kawei menilai pemerintah terkesan mengabaikan aspirasi mereka.

Aksi pemalangan ini membuat seluruh aktivitas pariwisata di Pulau Wayag lumpuh total. Pemerintah Kabupaten Raja Ampat pun mengimbau wisatawan, operator tur, dan pemandu wisata untuk menunda kunjungan ke Pulau Wayag maupun kawasan Manyaifun hingga situasi kondusif.

Kerugian ekonomi mulai terasa. Sejumlah pelaku usaha wisata lokal mengaku kesulitan karena ketiadaan kunjungan wisatawan.

“Kami memahami tuntutan masyarakat adat, tapi situasi ini membuat kami kehilangan penghasilan. Kami harap pemerintah segera hadir untuk memediasi,” ungkap seorang pelaku usaha wisata di Waisai.

Pulau Wayag dikenal sebagai mahakarya alam Raja Ampat dengan gugusan karst megah dan laut biru jernih. Blokade yang terus berlanjut ini menjadi ancaman serius bagi pariwisata Raja Ampat yang selama ini menjadi tumpuan ekonomi lokal.

Editor : Yoseph Mario Antognoni

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network