Pemuda Adat Flores Timur Tegaskan Komitmen Kultural

Flores Timur, iNewsFlores.id-Para pemuda adat dari Kampung Suku Tukan, Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, secara resmi mendeklarasikan pembentukan Pengurus Kampung (PKam) Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) TADOHEK.
Deklarasi ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Jambore Kampung I BPAN yang berlangsung pada Minggu, 15 Juni 2025, di Aula Kantor Kepala Desa Pululera.
Namun, momen paling bermakna justru terjadi jauh dari ruang utama kegiatan. Di tengah hamparan kebun adat, para pemuda adat Suku Tukan membacakan naskah deklarasi dengan khidmat.
Kebun itu bukan hanya tempat bercocok tanam, melainkan ruang spiritual yang menyimpan jejak sejarah dan sumber kehidupan komunitas. Bagi mereka, kebun adalah medan pengabdian, sekaligus simbol perlawanan terhadap hilangnya kedaulatan atas tanah dan budaya.
“Kami memilih kebun adat sebagai lokasi deklarasi karena inilah tempat leluhur kami menanam hidup, menjaga tana, dan mempertaruhkan nyawa demi generasi penerus. Kebun ini bukan sekadar tana garapan, tetapi ruang suci perjuangan dan kehidupan. Di sinilah jejak kami sebagai pemuda adat dimulai kembali,” demikian pernyataan bersama para pemuda sebelum pembacaan deklarasi.
Langkah ini menandai kebangkitan baru pemuda adat di Flores Timur, yang selama ini nyaris absen dari gelanggang perjuangan hak-hak masyarakat adat. Kini, mereka tampil mengambil posisi penting dalam sejarah komunitas, menjawab tantangan zaman dengan berpijak pada nilai-nilai warisan leluhur.
Kegiatan deklarasi dihadiri sejumlah tokoh masyarakat adat dan juga pihak BPAN, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) juga Generasi Muda Reforma Agraria.
dari berbagai wilayah. Mereka antara lain Ketua Umum BPAN Hero Aprilia, Koordinator Organisasi, Keanggotaan dan Kaderisasi AMAN Wilayah Nusa Bunga Simon Welan, serta Ketua Generasi Muda Reforma Agraria Sikka Ricky Fernandes.
Kehadiran mereka memberi dukungan moral sekaligus mempertegas pentingnya konsolidasi pemuda adat di tengah perubahan sosial yang cepat.
Koordinator Organisasi, Keanggotaan dan Kaderisasi AMAN Wilayah Nusa Bunga, Simon Welan pada kesempatan tersebut, menekankan urgensi peran pemuda adat sebagai penjaga benteng terakhir budaya dan kedaulatan kampung.
“Jangan menunggu orang luar datang menyelamatkan kampung kita. Pemuda adat harus jadi garda depan menjaga tana, budaya, dan masa depan komunitasnya. Apa yang kalian mulai hari ini di Suku Tukan adalah langkah berani,” tegasnya.
Hal senada pun ditegaskan oleh Ketua Umum BPAN Hero Aprilia. Ia mengingatkan bahwa BPAN tidak lahir dari struktur kekuasaan pusat, melainkan tumbuh dari akar kampung dan kehendak kolektif pemuda adat.
"Kita tidak lahir untuk diam. Pemuda adat harus bangkit, bersatu, dan bergerak mengurus tanah, menjaga kampung, serta memperjuangkan martabat leluhur kita," ujarnya.
Pembentukan PKam BPAN TADOHEK merujuk pada Statuta BPAN Bab VIII Pasal 14 yang mengatur tata kelola pengorganisasian di tingkat kampung. Seluruh proses dilaksanakan melalui mekanisme musyawarah mufakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kolektif dalam pengambilan keputusan.
Mariela Kiristina Unu Tukan, yang secara aklamasi menerima mandat untuk menahkodai PKam BPAN TADOHEK periode 2025–2029, menegaskan pentingnya memperkuat solidaritas di antara pemuda adat. Ia meyakini bahwa komunitas memiliki daya dorong besar untuk menciptakan perubahan nyata, selama tetap berpijak pada akar tradisi dan nilai-nilai kultural yang diwariskan leluhur.
"Harapannya, dengan adanya wadah bagi pemuda adat ini, kita bisa meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga tradisi dan budaya desa, serta memperkuat partisipasi pemuda dalam kegiatan desa dan pembangunan masyarakat,” ujarnya.
Rangkaian kegiatan ditutup dengan penandatanganan berita acara pembentukan PKam BPAN TADOHEK oleh pimpinan sidang tetap, disaksikan oleh seluruh peserta jambore. Penandatanganan ini bukan sekadar formalitas administratif, tetapi menandai dimulainya komitmen bersama untuk menjaga tanah, identitas, dan masa depan masyarakat adat dari tingkat kampung.
Jambore Kampung I BPAN di Pululera hadir bukan hanya sebagai agenda organisasi. Ia merupakan pernyataan politik dan budaya yang mencerminkan arah baru gerakan pemuda adat. Sebuah penegasan bahwa masa depan masyarakat adat tak dapat dipisahkan dari keberanian generasi mudanya untuk kembali ke akar, menghidupkan kembali nilai-nilai leluhur dalam tindakan nyata.
Di kebun adat tempat deklarasi berlangsung, setiap ikrar ditanam dalam tanah yang sama yang pernah digarap leluhur. Jejak langkah mereka menyatu dalam aliran nadi perjuangan, mengakar dalam kesadaran kolektif.
“Kami bukan generasi yang lupa asal-usul. Kami anak tana, anak adat, dan kami sedang mengambil kembali tempat kami dalam sejarah: sebagai penjaga tana, pembela kampung, dan pelanjut perjuangan para leluhur,” demikian seruan para pemuda adat Suku Tukan, menutup kegiatan dengan gema yang akan terus bergema, jauh melampaui kebun tempat semuanya bermula.
Editor : Yoseph Mario Antognoni