Maumere, iNewsFlores.id - Festival Maumerelogia 5 akan berlangsung dari tanggal 15-24 Mei 2025 di di Kota Maumere. Festival yang diinisiasi oleh Komunitas KAHE ini akan menyajikan pertunjukan musik, teater, pameran seni rupa dan diskusi-diskusi publik.
Maumerelogia awalnya merupakan sebuah festival teater tahunan yang sudah diselenggarakan sebanyak empat edisi dan sempat vakum akibat pandemi Covid-19. Pada tahun 2025 atau pada edisi kelima, Maumerelogia dirancang dengan cakupan tema yang lebih luas: kultur, kota, kita. Dengan paradigma festival seni sebagai kajian masyarakat, kultur, kota, kita akan menjadi tema yang digarap sepuluh tahun ke depan.
Manajer Program Maumerelogia, Feni Kusuma, menyebutkan, program-program di dalam festival ini berpijak pada apa yang selama ini sudah dikerjakan oleh Komunitas KAHE. Total ada 35 program yang dihadirkan dalam Maumerelogia 5 selama sepuluh hari.
Kajian-kajian sosial budaya yang kontekstual coba dihadirkan dalam berbagai bentuk, seperti pertunjukan musik, teater, pameran dan forum gagasan. Untuk itu, Maumerelogia 5 berkolaborasi dengan banyak pihak dan jejaring komunitas yang selama ini sudah terbentuk di Indonesia.
Selain sharing modal dan sumber daya, kolaborasi dan kerja berjejering, Maumerelogia ingin membangun solidaritas di antara semua yang terlibat.
Dalam forum gagasan, publik bisa berdiskusi, mengikuti seminar, talkshow, launching buku, nonton film, tur kota dan presentasi kuliner.
“Programnya banyak karena kami ingin menjangkau publik yang inklusif di mana semua orang bisa menikmati festival ini,” kata Feni.
Maumerelogia 5 juga membuka kesempatan bagi lima orang seniman dari Jayapura, Madura, Surabaya, dan Jogjakarta melakukan residensi di Maumere. Hasil dari residensi mereka akan dipresentasikan dalam program pertunjukan.
Sebagai bentuk pengarsipan dan produksi pengetahuan, Tim Publikasi Maumerelogia juga berupaya melakukan proses pencatatan untuk setiap kegiatan yang terkait dengan Maumerelogia 5.
Direktur Maumerelogia 5 Eka Putra Nggalu menambahkan Festival Maumerelogia 5 dikerjakan dengan semangat kolaborasi antarwarga di mana warga bisa berbincang tentang isu, modal dan potensi yang ada pada warga.
Maumerelogia ingin ditumbuhkan dengan semangat dialog kritis antar warga di ruang hidupnya sendiri. Orang bisa bicara tentang perampasan tanah, penggusuran pemukiman, pemusnahan terhadap hak-hak masyarakat adat, krisis iklim, serta perempuan dan minoritas gender bisa bicara soal hak mereka di ruang aman.
“Kami ingin melihat perubahan apa yang terjadi di Maumere dan dunia hari ini,” kata Eka Putra Nggalu, Kamis, 15 Mei 2025.
Kurator Forum Gagasan Carlin Karmadina menjelaskan Maumerelogia: kultur, kota, kita hendak membaca Maumere sebagai ruang pascakolonial. Ada tegangan-tegangan antara tradisi dan modernitas. Maumere tidak sepenuhnya kampung, tidak juga sepenuhnya kota.
“Tidak rural, tapi juga tidak urban sepenuhnya,” ungkap Carlin.
Dengan tegangan-tegangan ini, gaung modernitas yang dirayakan di Maumere sebenarnya merupakan suatu kondisi yang tercipta dari model baru kolonialisme yang berkiblat ke barat (Eurosentrisme).
Maumerelogia 5 merupakan suatu pernyataan ‘jalan pulang’ untuk melihat seluruh konteks kultur, kota, kita hari ini. Maumerelogia 5 semacam jalan pulang, pulang kampung, mendengarkan lagi suara dan nyanyian Ibu.
Maumerelogia 5 adalah sebuah upaya dekonstruksi sejarah kolonialisme di Maumere. Upaya ini tentu tidak mudah, penuh ‘jalan berlubang’. Lagu Jalan Berlubang karya musisi Papache menjadi inspirasi dari catatan kuratorial Maumerelogia 5 yang berjudul: jalan, jalan berlubang; dan nada-nada yang (pernah) tumbuh dari mulut Ibu.
Maumerelogia 5 dengan demikian tidak hanya dirayakan sebagai pesta, tetapi juga sebagai sebuah gestur dekolonial, sebagai perlawanan atau resistensi (selengkapnya tentang profil dan catatan kuratorial Maumerelogia 5 bisa diakses di maumerelogia.com).
Editor : Yoseph Mario Antognoni