Borong, iNewsFlores.id -Tiga kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yang meliputi kabupaten Manggarai, Manggarai Timur, Manggarai Barat, bekerjasama dengan Yayasan Ayo Indonesia membahas isu pembangunan berketahanan Iklim. Jumat (27/10/2023).
Diketahui, kegiatan ini didukung oleh Pusat dan Telaah Informasi Regional (PATTIRO), Vicra, Voice For Just Climate Action (VCA) Indonesia dan Koalisi Pangan Baik. Dan kegiatan itu diikuti oleh kepala Bappelitbangda Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur dan komunitas muda, Lokal Champion Momang Lino.
Dalam pembahasan tersebut, Yayasan Ayo Indonesia juga membentuk sekretariat bersama (sekber) yang bertujuan membahas dampak perubahan iklim.
Tarsi Hurmali selaku Direktur Yayasan Ayo Indonesia mengatakan, sejauh ini perubahan iklim memberi pengaruh yang cukup besar bagi sejumlah sektor kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Jelas Tarsi, misalnya pada sektor pertanian, di wilayah Manggarai raya hasil komoditas seperti cengkeh ataupun kopi pun menurun.
"Manggarai Raya merupakan daerah yang sangat rentan dengan perubahan iklim, oleh karena itu di bawah bimbingan Pemerintah sangat penting membangun kesadaran perubahan iklim, masyarakat harus tahu langkah-langkah yang diambil dalam menghadapi perubahan iklim, " jelas Manager Yayasan Ayo Indonesia.
Ia menambahkan masyarakat atau petani harus tahu hal-hal teknis seperti perkiraan cuaca.
"Petani harus tahu kapan hujan datang atau berapa lama musim kemarau, ini merupakan hal nomor satu yang harus kita sebagai petani ketahui sebab selama ini masyarakat kita pola menanamnya masih tradisional yakni menanam hanya disebabkan perkiraan bulan tradisional dan dianggap sebagai bulan menanam," tambah Tarsi Hurmali.
Ia menegas bahwa ada data sebagai pengetahuan yang dapat kita peroleh dari Lembaga yang dibayar oleh Negara yakni BMKG.
"Kami sangat rekomendasikan informasi-informasi yang sangat berguna dari BMKG ini dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah dan diinformasikan ke semua orang," tegasnya.
Lebih lanjut, Tarsi menjelaskan bahwa, kegiatan ini dilakukan untuk membentuk Sekber bertujuan untuk memikirkan secara bersama tentang langkah atau sikap pemerintah dalam menghadapi masalah perubahan iklim.
Ia pun berharap kehadiran Sekber benar-benar memberikan solusi yang lebih konkrit, tidak lagi menari di atas konsep semata.
Tarsi Hurmali menjelaskan bahwa salah satu hal yang melatari pembentukan Sekber adalah karakteristik resiko atau efek perubahan iklim di tiga kabupaten yang memiliki kesamaan.
Mengacu pada kesamaan itu, ungkap Tarsi, maka perlu langkah bersama untuk mencari alternatif agar bisa beradaptasi dengan situasi yang baru, bukan mengeluh dengan perubahan iklim yang terjadi.
“Pada sektor pertanian, misalnya. Secara kasat mata dapat dilihat bahwa tanaman cengkeh ataupun kopi yang sudah tidak berbuah. Dan banyak orang mengeluh terkait ini. Lalu, apa yang kita buat? Berhadapan dengan situasi ini, gerakan bersama yang bisa dibuat yaitu terus mendorong pemerintah untuk berbuat sesuatu atau berpikir cara-cara lain untuk bisa beradaptasi dengan situasi yang baru,” kata dia.
Perubahan iklim, jelas Tarsi, merupakan persoalan bersama dan menjadi salah satu isu prioritas Nasional.
Sementara Kepala Bappelitbangda Kabupaten Manggarai Timur, Gonsa Tambor, menyampaikan dukungannya terhadap pembentukan Sekber itu.
Ia mengatakan, berangkat dari persoalan yang muncul karena perubahan iklim, tentu pembentukan Sekber sangatlah penting.
"Peran Bappelitbangda dalam kaitannya dengan Pembangunan Berketahanan Iklim yakni, mengkoordinir perangkat daerah dalam menyusun program dan kegiatan sebagai rencana aksi dalam menjawab dan mengatasi dampak perubahan iklim. Serta memastikan seluruh program dan kegiatan itu dimasukan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah dalam satu tahun anggaran. Dan memastikan dukungan kebijakan penganggaran untuk pelaksanaan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perangkat daerah sesuai tugas dan fungsinya masing-masing."
Editor : Yoseph Mario Antognoni