Flores Timur, iNewsFlores.id - Anggota DPRD Kabupaten Flores Timur, Vinsensius Suban Hikon, menegaskan pentingnya mempertahankan budaya sebagai jati diri dan identitas masyarakat Flores Timur. Ia menyampaikan pesan kuat ini saat menghadiri ritual adat Uran Wai di Boru, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Rabu (30/10/2024).
Menurutnya, ritual adat tahunan di Boru bukan hanya perayaan tradisi; acara ini adalah sebuah momen yang memperlihatkan betapa pentingnya menjaga warisan leluhur di tengah perubahan zaman.
“Budaya adalah jati diri yang harus dipertahankan identitasnya. Di tengah tantangan modernisasi, budaya dianggap sebagai fondasi kokoh yang dapat memberikan inspirasi dan identitas unik bagi Boru dan juga masyarakat Flores Timur," ujarnya.
Vinsensius juga mengingatkan bahwa dalam konteks globalisasi, ancaman terhadap budaya lokal semakin nyata, sehingga komitmen untuk melestarikan nilai-nilai leluhur menjadi sangat penting.
Politikus Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang akrab disapa Yuven itu melihat momen ritual adat ini sebagai pengingat untuk kembali ke akar budaya, yang menjadi perekat utama bagi masyarakat.
Menurutnya, keberagaman yang dimiliki Desa Boru harus menjadi fondasi untuk memperkuat identitas bersama.
“Di tengah perubahan dan perbedaan, kita tetap memelihara nilai-nilai yang menjadi ciri khas sebagai masyarakat Boru,” ungkapnya dengan penuh harapan.
Senada dengan Yuven, Ketua Lembaga Pemangku Adat Desa Boru, Benediktus Baran Liwu menegaskan pentingnya menjaga harmoni di tengah keberagaman suku dan agama di Desa Boru.
Menurutnya, meskipun masyarakat hidup dalam berbagai perbedaan, nilai-nilai adat dan tradisi tetap menjadi perekat yang kuat bagi mereka.
Ia berharap setiap generasi di Desa Boru akan senantiasa melestarikan dan menghormati identitas ini. Baginya, identitas Boru bukan sekadar simbol, melainkan pedoman yang mengajarkan penghargaan, persatuan, dan sikap saling menghormati di tengah perbedaan.
“Boru harus tetap mempertahankan citra budayanya. Kita harus bersama-sama menjaga nilai ini agar generasi mendatang mengenal akar budaya dan menghormati keberagaman,” ujar Benediktus.
Untuk diketahui, ritual Uran Wai atau dikenal dengan ritual minta hujan, merupakan tradisi tahunan masyarakat adat Desa Boru yang dilaksanakan dengan khidmat di tengah hutan, yang dahulu merupakan wilayah kampung adat masyarakat Boru.
Dalam ritual ini, masyarakat adat menggelar berbagai doa dan persembahan dengan harapan turunnya hujan, sebuah tanda restu dari alam bagi kesuburan lahan pertanian.
Suasana sakral dan penuh khidmat meliputi kegiatan ritual, yang dipercayai mampu memanggil hujan untuk menyuburkan tanah-tanah pertanian di Desa Boru. Usai ritus ini digelar, biasanya hujan pun turun, membawa harapan akan panen yang melimpah.
Editor : Yoseph Mario Antognoni
Artikel Terkait