Flores Timur, iNewsFlores.id -Dampak erupsi Gunung Lewotobi yang terjadi beberapa waktu lalu masih dirasakan berat oleh masyarakat di Kabupaten Flores Timur, khususnya di desa-desa yang berada di sekitar lereng Gunung Lewotobi.
Bencana alam ini tak hanya merusak rumah-rumah warga, tetapi juga menghantam perekonomian keluarga yang mayoritas bergantung pada sektor pertanian dan usaha kecil. Salah satu akibat seriusnya adalah semakin sulitnya warga memenuhi kebutuhan pendidikan tinggi bagi anak-anak mereka.
Banyak keluarga yang sebelumnya mengandalkan penghasilan dari sektor pertanian atau usaha kecil kini harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari. Dalam situasi ini, mendukung pendidikan anak-anak mereka terasa hampir mustahil tanpa bantuan ekstra dari pemerintah atau lembaga non-pemerintah.
Maria Imakulata Wolor, seorang ibu dari Desa Nawokote, Kecamatan Wulanggitang, menjadi salah satu warga yang bergelut dengan tantangan ini. Ia kehilangan rumah serta hampir seluruh sumber penghasilan keluarganya akibat erupsi. Situasi tersebut membuatnya kewalahan untuk membiayai pendidikan tinggi anaknya yang saat ini duduk di semester tujuh di Universitas Swasta Dokter Sutomo, Surabaya.
"Sebelum erupsi, anak-anak saya bisa kuliah karena kami masih memiliki penghasilan dari perkebunan. Namun sekarang, kami hanya bisa bertahan dengan makan seadanya setiap hari. Biaya kuliah terasa seperti impian yang sangat jauh," kata Maria Wolor di lokasi pengungsian Kobasoma, Jumat (24/1/2025)
Maria bukan satu-satunya warga yang menghadapi kondisi ini. Di berbagai desa terdampak lainnya, banyak orang tua mengeluhkan hal serupa. Dilema antara memenuhi kebutuhan dasar dan tetap mendukung pendidikan anak-anak mereka.
"Setiap kali melihat tagihan kuliah anak saya, hati saya sangat sedih. Kami tidak punya cukup uang untuk menutup semua kebutuhan, apalagi untuk biaya pendidikan tinggi," keluh Engelbertus Tapo.
Saat ini, masyarakat korban erupsi menghadapi kesulitan besar untuk mendapatkan akses terhadap bantuan yang konkret dari pemerintah. Kendati pendataan siswa-siswi yang terdampak bencana telah dilakukan, langkah-langkah nyata dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga belum cukup terlihat. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: Mengapa solusi yang dibutuhkan hingga kini belum terealisasi?
Banyak pihak, baik masyarakat maupun organisasi non-pemerintah, berpendapat bahwa pemerintah harus segera merespons kondisi ini dengan program-program yang konkret. Beasiswa, subsidi biaya kuliah, atau pelatihan ekonomi bagi orang tua korban erupsi dianggap sebagai solusi yang sangat diperlukan untuk meringankan beban mereka.
"Harapan kami sederhana, yaitu agar pemerintah dapat lebih serius dalam memberikan dukungan pendidikan kepada anak-anak korban erupsi. Tanpa bantuan ini, banyak anak yang berpotensi kehilangan masa depan mereka," ungkap Viktor Da Santo
salah aktivis sosial peduli pendidikan.
Dengan situasi yang semakin mendesak, langkah-langkah konkret dari pemerintah sangat dinantikan. Masyarakat berharap, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga dapat memberikan jawaban yang tegas dan segera untuk memastikan bahwa pendidikan anak-anak korban erupsi dapat terus berjalan tanpa terkendala oleh beban finansial yang berat.
Editor : Yoseph Mario Antognoni
Artikel Terkait