Erupsi Lewotobi Ancam Ekonomi Lokal: “Musim Ramai Gagal, Pariwisata Labuan Bajo Bisa Tumbang”

Yoseph Mario Antognoni
Matheus Siagian. Foto: iNewsFlores.id/Yoseph Mario Antognoni

Labuan Bajo, iNewsFlores.id
Letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur yang terus berlangsung sejak tahun lalu kini tak hanya menjadi ancaman geologis, tapi juga ancaman ekonomi nyata bagi sektor pariwisata di Labuan Bajo, Manggarai Barat.

Dampaknya terasa semakin menghantam ketika otoritas menutup sementara Bandara Komodo, Senin (7/7/2025), menyusul sebaran abu vulkanik yang terdeteksi di udara. Di tengah harapan akan puncak kunjungan wisatawan, pelaku usaha kini justru dihadapkan pada ancaman kegagalan total musim ramai.

“Pariwisata kita ini sedang dalam titik genting,” ujar Matheus Saniang Naga Siagian, pengusaha hotel dan restoran serta pengurus PHRI Manggarai Barat. “Musim ramai hanya empat bulan. Tapi Juni sudah lewat tanpa hasil. Juli, yang biasanya jadi masa panen, justru makin sepi.”

Matheus menyebut kondisi ini sebagai “musim gagal” yang bisa berujung kebangkrutan massal. Mayoritas pelaku usaha di Labuan Bajo bergantung pada pendapatan tinggi selama Juni–September untuk menutup kerugian di bulan-bulan sepi.

“Bisnis di sini prinsipnya tambal sulam. Kalau musim ramai gagal, kita tak punya cadangan. Bisa ambruk,” tegasnya.

Lebih jauh, Matheus menyesalkan kebijakan pemerintah yang justru menambah beban, bukan memberi solusi. Salah satunya adalah aturan baru parkir berbayar di Jalan Soekarno-Hatta, kawasan pusat wisata Labuan Bajo.

“Wisatawan makin sedikit, lalu dibuat bingung dengan aturan parkir yang tidak ramah. Di saat usaha butuh napas, pemerintah malah menekan. Ini kebijakan tanpa empati,” kritiknya tajam.

Ia mendesak pemerintah daerah untuk bertindak cepat dan bijak: bukan hanya fokus pada dampak erupsi secara geografis, tapi juga pada implikasinya terhadap ekonomi rakyat kecil.

“Kalau tidak ada langkah nyata untuk merespons krisis ini, maka kita akan kehilangan lebih dari sekadar musim wisata. Kita kehilangan kepercayaan, kehilangan harapan,” ucap Matheus.

Dengan dua bulan puncak wisata tersisa, para pelaku usaha hanya bisa berharap cuaca membaik dan Bandara Komodo kembali beroperasi normal.

“Kalau musim ini lewat tanpa pemulihan, percayalah, banyak usaha tak akan buka lagi tahun depan,” pungkasnya.

Editor : Yoseph Mario Antognoni

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network