Trip Yunani: Menggali Sejarah dan Belajar Desain Wisata yang Ramah Pejalan Kaki

Yoseph Mario Antognoni
Museum Acropolis di Athena, yang menyimpan reruntuhan kuil kuno bagi 12 dewa Yunani. Foto: iNewsFlores.id/Ist

Athena, iNewsFlores.id – Perjalanan ke Yunani bukan hanya soal menikmati keindahan alam dan kuliner khas Mediterania, tapi juga menjadi kesempatan berharga untuk belajar dari sejarah dan sistem pariwisata yang terbangun dengan matang. Dalam perjalanan kali ini, keluarga wisatawan asal Indonesia menjelajahi situs-situs penting yang mengajarkan tentang peradaban manusia serta pengalaman wisata yang nyaman dan ramah bagi pejalan kaki.

Menapaki Jejak Peradaban di Museum Acropolis dan Museum Arkeologi Nasional

Perjalanan dimulai dari Museum Acropolis di Athena, yang menyimpan reruntuhan kuil kuno bagi 12 dewa Yunani. Pilar-pilar marmer yang menjulang menjadi saksi bisu kejayaan masa lalu, dari zaman Yunani klasik hingga era penjarahan dan keruntuhan. Meskipun yang tersisa hanya puing-puing, nilai sejarah dan pelajaran yang terkandung sangat mendalam.

Selanjutnya, rombongan mengunjungi Museum Arkeologi Nasional, salah satu museum terlengkap di dunia. Koleksi yang ditampilkan sangat kaya—mulai dari peninggalan manusia purba, patung dewa-dewi, artefak era Bizantium, Romawi, hingga ikonografi Kristen Ortodoks yang kini menjadi kepercayaan mayoritas warga Yunani. “Kita belajar bahwa sejarah bukan milik satu bangsa. Tapi tentang sambung-menyambung antar zaman,” ujar Saskia salah satu wisatawan.

Pulau Aegina: Murah, Nyaman, dan Menginspirasi

Hari berikutnya, rombongan menyeberang ke Pulau Aegina menggunakan feri dengan biaya terjangkau, sekitar Rp150.000 per orang. Setibanya di pulau, hanya dibutuhkan Rp200.000 untuk taksi menuju pantai terdekat. Di sana, mereka menikmati santapan laut khas Eropa seperti cod dan sea bass—ikan yang jarang ditemukan di laut tropis Indonesia.

Sebagai pemilik hotel dan restoran di tanah air, wisata ini menjadi ajang belajar cara penyajian makanan, keramahan layanan, dan manajemen tempat makan. “Cara mereka melayani turis bisa jadi inspirasi untuk bisnis kita di Indonesia,” katanya.

Catatan Kritis untuk Pariwisata Indonesia: Kota Ramah Pejalan Kaki

Meski Yunani memiliki iklim panas layaknya Indonesia, fasilitas di kota wisatanya sangat memperhatikan kenyamanan pejalan kaki. Lorong-lorong tua tetap terawat dan dilengkapi peneduh, membuat aktivitas jalan kaki tetap nyaman meski di bawah terik matahari.

“Bayangkan kalau di Indonesia, setiap toko, restoran, atau hotel wajib punya peneduh di depannya. Jalan-jalan wisata jadi lebih manusiawi, wisatawan betah, pelaku UMKM pun ikut untung,” ungkapnya sambil membandingkan dengan kondisi di sejumlah destinasi di Indonesia yang belum ramah bagi pejalan kaki.

Dorongan untuk Desain Kota yang Lebih Humanis

Pengalaman di Yunani ini menjadi refleksi bahwa membangun kota wisata tidak cukup hanya menyediakan hotel dan transportasi. Diperlukan desain kota yang ramah kaki, aman, dan nyaman agar wisata benar-benar inklusif.

“Ini pelajaran penting untuk kita semua. Labuan Bajo, Yogyakarta, Bali, hingga destinasi-destinasi baru harus mulai dirancang dengan konsep urban yang mendukung wisatawan—bukan hanya kendaraan,” tutupnya.

Editor : Yoseph Mario Antognoni

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network