Jakarta,iNewsFlores.id-Bibit siklon tropis 91S dan 93S terpantau tumbuh di kawasan Samudra Hindia sejak 11 Desember 2025. Fenomena ini diperkirakan meningkatkan potensi hujan sedang hingga lebat serta memicu kenaikan tinggi gelombang laut di sejumlah wilayah Indonesia.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko banjir, tanah longsor, angin kencang, hingga gelombang tinggi. Imbauan itu disampaikan BNPB melalui akun Instagram resminya, @bnpb_indonesia.
BNPB meminta badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) provinsi dan dinas terkait mendampingi BPBD kabupaten dan kota untuk menyiapkan langkah-langkah konkret menghadapi potensi cuaca ekstrem. Langkah tersebut mencakup identifikasi wilayah rawan, pemantauan prediksi cuaca, penyebaran peringatan dini, hingga kesiapsiagaan respons di lapangan.
Dalam aspek identifikasi risiko, BNPB menekankan pentingnya pemetaan daerah yang memiliki catatan historis bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, angin kencang, dan gelombang tinggi. Wilayah dengan indeks bahaya dan risiko sedang hingga tinggi juga diminta menjadi prioritas perhatian pemerintah daerah.
Untuk pemantauan, BNPB mengingatkan BPBD agar rutin memantau informasi peringatan dini cuaca dan potensi bencana dari lembaga terkait, seperti BMKG, PVMBG, serta balai wilayah sungai setempat. Sistem pemantauan banjir dan longsor, termasuk sensor yang terhubung dengan pusat pengendalian operasi BPBD, harus dipastikan berfungsi dengan baik. Jalur komunikasi dengan lembaga pemantau di tingkat nasional maupun lokal juga diminta tetap terjaga.
Penyebaran informasi menjadi perhatian lain. BNPB meminta peringatan dini disampaikan hingga tingkat desa dan kelurahan, terutama di wilayah prioritas seperti Kalimantan Utara, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung. Informasi itu harus disertai rekomendasi aksi dini.
Untuk potensi gelombang tinggi, BNPB menekankan pentingnya diseminasi khusus kepada komunitas maritim, nelayan, dan operator pelayaran. Berbagai sarana komunikasi, seperti handy talky, kentongan, dan sirene, diharapkan dapat dimanfaatkan.
Dalam hal kesiapsiagaan respons, BNPB mendorong penguatan koordinasi lintas dinas, pengecekan kembali standar operasional prosedur desa tangguh bencana, serta kesiapan jalur evakuasi dan tempat pengungsian yang aman. Pemerintah daerah juga diminta memperhatikan kebutuhan kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas, serta memastikan perlindungan aset masyarakat dan hewan ternak jika terjadi krisis.
BNPB mengingatkan pemerintah daerah untuk memastikan kesiapan peralatan respons, seperti perahu karet, pelampung, dan kendaraan operasional, serta kesiapsiagaan personel. Jika situasi memburuk, pemerintah daerah dapat menetapkan status keadaan darurat dan mengaktifkan pos komando penanganan bencana, serta berkoordinasi dengan Pusat Pengendalian Operasi BNPB melalui call center 117.
Kepada masyarakat, BNPB mengimbau langkah-langkah antisipatif sederhana, mulai dari memangkas pohon rapuh, memeriksa kekuatan bangunan, hingga menyiapkan tas siaga berisi kebutuhan dasar untuk tiga hari. Masyarakat juga diminta rutin memantau prakiraan cuaca dari sumber tepercaya dan segera bersiap evakuasi apabila hujan deras berlangsung lebih dari satu jam.
Editor : Yoseph Mario Antognoni
Artikel Terkait
